MEDJONSON 2014

Sabtu, 21 Desember 2013


 LATAR BELAKANG
Remaja saat ini sedang mengalami kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi. Ancaman yang dapat dilihat hingga saat ini adalah seks pranikah, kehamilan dini, aborsi, infeksi menular seksual, HIV dan AIDS serta kekerasan seksual. Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan kuatnya dukungan sosial terhadap hubungan seksual pranikah membuat remaja menjadi populasi yang berisiko. (Muliani, 2013)
Deparatemen Kesehatan RI pada tahun 2010 menyatakan bahwa kesehatan reproduksi remaja merupakan faktor penting yang harus mendapat perhatian untuk mewujudkan masyarakat sehat, sesuai visi Indonesia Sehat 2015. Remaja sebagai kelompok umur terbanyak dalam struktur penduduk Indonesia, merupakan fokus perhatian dan intervensi yang strategis bagi pembagunan sumber daya manusia masa depan sebagai generasi penerus bangsa. Kelompok remaja rentan usia 10-19 tahun, sesuai dengan proporsi remaja di dunia diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia (Muliani, 2013).
Jumlah kejadian yang terpilih terhadap penyakit menular seksual yang  dapat disembuhkan untuk Wilayah WHO bagian Asia Tenggara insidensinya berupa jumlah kasus baru dari empat infeksi menular seksual pada tahun 2008 diperkirakan 78500000: 7,2 juta kasus C. trachomatis, 25,4 juta kasus N. gonorrhoeae, 3,0 juta kasus sifilis dan 42.900.000 kasus T. vaginalis. Sedangakan untuk prevalensinya pada setiap titik dalam kurun waktu tahun 2008 diperkirakan bahwa 8,0 juta orang dewasa terinfeksi dengan C. trachomatis, 9,3 juta dengan N. gonorrhoeae, 12,3 juta dengan sifilis dan 28,7 juta dengan T. vaginalis (WHO, 2008)
Sedangkan tahun 2012 menurut World Health Organization (WHO), sekitar 16 juta remaja perempuan perempuan melahirkan setiap tahun, sebagian besar di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 3 juta perempuan berusia 15-19 menjalani aborsi yang tidak aman setiap tahun. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian di kalangan perempuan berusia 15-19 tahun.Kematian bayi baru lahir sebasar 50% lebih tinggi pada bayi yang memiliki ibu berusia 20-29 tahun. Kurangnya pendidikan seksualitas di banyak negara menjadi sebuah ukuran cakupan global terkait dengan pendidikan seksualitas, sehingga diperkirakan 36% dari laki-laki muda dan 24% dari wanita muda berusia 15-24 tahun di negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki pengetahuan komprehensif benar tentang bagaimana mencegah HIV (Muliani, 2013).
Dalam perkembangannya, insiden penyakit menular seksual di Indonesia dapat diibaratkan sebagaifenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderitaHIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian (Depkes, 2009).
Penyaki Menular Seksual adalah penyakit yang hubungannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit menular seksual tidak terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstragenital (Rully W., 2009).
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin, namun gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan oragan tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat kelamin (Rully W., 2009).
 Dengan ketidaktersediaannya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja untuk berusaha sendiri mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Media internet, televisi, majalah dan bentuk media lain sering kali dijadikan sumber oleh para remaja untuk memenuhi tuntutan keingintahuan tentang seksual (Pradana, 2008).
          Melihat masalah tersebut, MEDJONSON 2014 yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengangkat tema “Sexual Transmitted Disease” sebagai tema seminar dan lomba. Dengan diangkatkannya tema tersebut, diharapkan para delegasi mendapatkan informasi keilmuan terkini mengenai permasalahan kesehatan di Indonesia dan penyelesaiannya, khususnya terkait proses penyakit menular seksual, dan dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dalam menjalankan perannya sebagai tenaga kesehatan. Dengan demikian, harapan untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif dapat terwujud.

  TEMA DAN NAMA KEGIATAN
Tema                                              : “STD (Sexual Transmitted Disease)”
Nama Kegiatan                          : MEDJONSON 2014 (Medical Djogja Scientific Competition)